Alhamdulillah Mabit perdana di semester genap ini berlangsung di hari Jum'at 21 Januari 2011. Menu acaranya, yang pertama adalah bedah buku. Dimulai setelah sholat Maghrib, ust. Budi Suprayitno membedah buku berjudul Aku Wariskan Moral Bagi Anakku karya Ust. Miftahul Jinan.


Buku ini memuat tahapan perkembangan moral bagi anak, tahap itu adalah :
1. Attachment (usia 0-2 tahun)
2. Kemandirian dan Percaya Diri (usia 2-4 tahun)
3. Otoritas (usia 4-6 tahun dan 6-8 tahun)
4. Moralitas Teman Sebaya (usia 8-14 tahun)
5. Moralitas Sosial (usia 14-20 tahun)
6. Moralitas objective dan Hati Nurani (usia 20 tahun hingga dewasa)
Tahap perkembangan itu menentukan warna pendidikan yang harus diberikan kepada si anak.


Kritik lain dari beliau, selama ini sekolah kita hanya berorientasi pada isi bukan kapasitas siswa. Lihat saja banyak mata pelajaran dipaksajejalkan di jenjang pendidikan yang masih rendah. Tanpa diasah seberapa dalam kapasitasnya. Kapasitas disini adalah rasa ingin tahu, semangat mengeksplorasi, tak kenal menyerah, gila baca dan lain-lain. Bukan banyaknya berapa istilah ilmu yang dihafal tanpa tahu benar apa maksudnya.
Beliau memberikan rambu-rambu pembelajaran. Bahwa selama ini kita menyampaikan IPS, IPA dan Matematika hanya sebagai mata pelajaran saja. Bukan sebagai suatu ilmu yang menyatu dengan kehidupan ini. Terlihat dengan topik pembicaraan pada bidang tersebut dilepaskan dengan kehidupan nyata.
Untuk IPS, sebagai contoh Sejarah. Selama ini anak-anak hanya dijadikan sebagai mesin penghafal informasi. Padahal Sejarah itu hakikatnya adalah hasil interpretasi seorang peneliti sejarah tentang obyek sejarah. Sehingga siswa hanya menghafal hasil investigasi seorang sejarawan atau bahkan mempelajari sejarawan itu sendiri. Harusnya, kita ajak siswa melihat dan mengamati obyek sejarah langsung dengan alat indra mereka. Pancing mereka dengan umpan yang akan menarik keingintahuan. Sehingga mereka haus ingin tahu dan mengeksplorasi obyek tersebut. Pastilah akan banyak hal yang akan ditemukan. Jadi, belajar sejarah sama dengan menjadi detektif.
Untuk IPA. Hakikatnya, jika berbicara IPA itu mencakup 4 hal yang tidak akan terlepas satu dengan yang lain. Fakta Sains, Sikap Sains, Proses Sains dan Produk Sains. Kebanyakan yang terjadi hanya fakta sains yang dijadikan sebagai obyek pembelajaran. Kembali lagi siswa dijadikan sebagai mesin penghafal fakta-fakta Sains. Padahal perkembangan Sains sangatlah pesat. Sudah tentu fakta-fakta itu dengan cepatnya akan usang. Selain itu anak juga harus mempunyai sikap Sains, ingin tahu eksplorasi, tidak cepat puas. dari belajar Sains anak sangat sayang lingkungan dan makhluk lainnya. Menciptakan kelestarian bukan eksploitasi tanpa batas.
Untuk Matematika. Matematika adalah merupakan bahasa praktis pemecahan masalah kehidupan. Bayangkan jika beli 45 apel ditambah 34 mangga, cukup ringkasnya ditulis dengan 45+34=79. Sehingga pembelajaran Matematika harus menyatu dengan persoalan kehidupan. Jika menghitung luas, langsung menghitung kamar, kain atau lapangan. Tidak semata yang ada di gambar saja. Ternyata untuk Matematika itu tidak mengenal usia. Artinya di usia manapun orang akan mampu menguasainya. Sebagai contoh, Gauss menemukan deret aritmetikanya saat usia 7 tahun, usia yang sangat muda. Einstein belajar Matematika di saat ia butuh alat persamaan untuk menguak keingintahuannya.
Di akhir sesi, ust. Rasyid memberikan nasehat dalam memotivasi anak. Selama ini jika kita bertanya tentang cita-cita anak itu judulnya adalah "Mau jadi apa (Want to be)", bukannya "Mau melakukan apa (Want to do)". Padahal keduanya sangatlah lain. Cobalah tengok, apakah cita-cita Thomas A Edison, tidak pernah terucap olehnya ingin terkenal, atau pembuat bola lampu. Tapi cita-citanya adalah ingin membuat dunia terang jika malam. Apakah cita-cita nya Einstein, ternyata dia ingin menguak rahasia alam semesta ini, meski ia hanya seorang karyawan pencatat hak paten saja. Terkadang pertanyaan yang tidak pas mengakibatkan obsesi yang tidak pas juga. Jika kita tanya "Mau jadi apa kamu ?" dijawab "Dokter", nah setelah jadi dokter apa yang akan dilakukan, apakah hanya akan memeriksa orang sakit saja. Sungguh sangat rugi jika kita mempunyai anak yang jenius "hanya" semata ingin memeriksa orang sakit saja, padahal jika lebih diasah dan dimotivasi bisa menjadi orang yang memberikan manfaat yang besar untuk kehidupan di dunia ini.
3 comments:
This site appears to recieve a great deal of visitors. How do you promote it? It offers a nice unique spin on things. I guess having something useful or substantial to post about is the most important factor.
This post seems to get a large ammount of visitors. How do you promote it? It offers a nice individual spin on things. I guess having something real or substantial to say is the most important thing.
Wow, this is very fun to read. Have you ever considered submitting articles to magazines?
Post a Comment