

Beliau merupakan anak ke 10 dari 11 bersaudara. Yang sudah hidup menjadi anak yatim sejak kecil. Sehingga kehidupan yang penuh keprihatinan ditempuhnya sejak kecil. Pun setelah nikah dengan suaminya, pak Damanhuri. Termasuk sewaktu hamil anak pertama, pak Damanhuri melakukan ibadah (meski tidak ada tuntunannya) yaitu puasa selama 40 hari. Hanya dengan maksud agar keturunannya harus lebih baik dari kondisinya sekarang. Sebenarnya pendidikan yang diterapkan kepada kedua putra beliau sederhana saja. Cuma ada kebiasaan yang menarik selalu dilakukan sejak kecil. Bahkan hingga sekarang kedua putranya sudah menikah. Kebiasaan itu adalah, bu Muslimatun selalu membangunkan kedua anaknya untuk sholat Tahajud dengan segelas air Susu Panas. Sehingga sempat agak diprotes putra keduanya sewaktu anak pertama sudah beristri, bu Muslimatun masih saja membangunkan dengan segelas air Susu Panas. Sekaligus menantunya juga.

Beberapa nilai yang diterapkan bu Muslimatun dalam mendidik anaknya :
a. Anak akan mudah sekali melakukan apa yang ia lihat bukan yang ia dengar. Dibuktikan dengan keduanya anaknya yang berprofesi menjadi dokter. Karena dari kecil selalu melihat aktivitas ibunya yang melakukan pelayanan pada ibu melahirkan. Bahkan anaknya yang kedua berkata "Ma, sudahlah nanti aku akan gantikan Mama"
b. Tidak ada Anak yang Nakal. Beri cukup 'Kesejahteraan' pada anak. Dengan memberikan pendampingan dan kepedulian dengan aktivitasnya terutama sekolah. Putra pertamanya dulu sempat dikatakan nakal oleh guru dan teman-temannya atas kelakukan yang ditunjukannya. Bahkan sempat dibawa ke psikolog anak untuk mencari tahu penyembuhannya. Ternyata, selama ini anaknya merasa kurang diperhatikan dikarenakan sibuknya aktivitas beliau. Begitu didampingi, bahkan saat mengikuti lomba pidato tingkat propinsi bisa juara. Mulai tumbuhlah eksistensinya. Percaya diri muncul, mulailah berubah sikapnya lebih 'menep', bijak dan tidak 'liar' lagi.
c. Berilah Peringantan bukan Larangan. Terlalu banyak melarang akan membuat anak menjadi takut untuk mencoba. Sedikit-sedikit takut salah. Takut gagal. Berilah pemahaman bahwa hal yang buruk akan dirasakan jika dilakukan, sehingga memunculkan sikap kehati-hatian dalam berbuat.
d. Marahlah dengan Bijak bukan untuk Pelampiasan. Anak yang dibentuk selalu dengan kelembutan terkadang membuat manja. Tidak mandiri dan kurang percaya diri jika harus tampil. Marah bisa jadi sebagai pemerkaya emosi anak, sehingga jika menghadapi kondisi serupa tidak kaget.
0 comments:
Post a Comment