Mengkritik, menggerutu saja bukanlah solusi cerdas. SDIT Alam yang resmi menjadi anggota unit pendidikan yang tercatat di Diknas tidak lantas mengamini 100%. Pun juga tidak kemudian menolak habis-habisan. Sebagai terobosannya, tes evaluasi dipake jalan tengah. Artinya, evaluasi Diknas masih diakomodasi sebagai alat banding, kemudian evaluasi model baru dilahirkan. Untuk materi yang harus dilihat unjuk kerjanya, penampilan, ya harus ada evaluasi prakteknya. Seperti Sains, Bahasa, Ketrampilan, Agama.
Untuk pembelajaran Sains misalnya. Tidak hanya fakta Sains saja yang akan menjadi hasil dari pembelajaran siswa. Seperti yang selama ini terjadi. Tapi, paradigma, sikap dan ketrampilan ilmiah juga harus menyertai. Sehingga siswa tidak semata menjadi mesin penghafal fakta-fakta sains.


Untuk evaluasi sains, SDIT Alam menyelenggarakan dalam bentuk praktek. Seperti yang dilakukan oleh beberapa kelas. Kelas satu, untuk menanamkan sikap bersih diri, mengenalkan tabiat dari mikrobia yang merugikan manusia, setiap anak diminta menunjukkan praktek mencuci tangan yang benar. Kemudian dilanjutkan dengan kemampuan identifikasi mereka terhadap benda-benda sekitar.

Untuk mengenal tentang biji-bijian, siswa kelas 2 harus mengenal benar ciri khas setiap biji. Dari bentuk, warna, kontour, hingga bau. Keharusan mengamati langsung menjadi hal yang tidak bisa dihindarkan.


Kelas Tiga, semester ini mempelajari masalah Makhluk Hidup. Termasuk didalamnya klasifikasi makhluk hidup. Serta mengenal zat aditif dan pengaruhnya bagi pertumbuhan Manusia sebagai makhluk hidup. Untuk menguji kemampuan Taksonomi siswa mereka diminta mengelompokkan hewan berdasar pengamatan gambar sesuai dengan keluarga hewan tersebut. Selanjutnya, mereka diuji kemampuan identifikasi bahan kimia dengan menggunakan indera baik penciuman, perasa dan pengecap untuk mengenal zat aditif dan pengaruhnya bagi makanan.


Kelas Enam, dengan pembelajaran yang sudah mulai kompleks. Mereka diminta menerangkan tentang sistem organ perkembangbiakan manusia. Melalui sebuah gambar. Sekaligus setelah itu mereka diminta untuk menerangkan tentang bagian-bagian bunga dengan obyek langsung.
Dengan pengamatan obyek langsung, akan teramati bagaimana Sains itu diserap oleh siswa. Sehingga tidak sebatas terbangunnya pengetahuan namun jauh mendalam menjadi sikap dan perilaku yang ilmiah. Yach, idealnya seorang anak yang sudah menjiwai sains itu akan tumbuh sikap skeptisnya. Tidak serta merta rela menerima sebuah pengetahuan tanpa diuji dahulu hingga muncul pembuktiannya. Atawa tidak heran munculnya kearifan sikap anak terhadap alam sehingga langsung cerewet manakala melihat ada orang yang boros menggunakan air. Atau membuang sampah sembarangan. Bahkan tidak tinggal diam melihat aktivitas yang sudah terbukti berbahaya (bahkan keluar langsung dari pabrik pembuatnya) tapi masih banyak orang melakukannya. Yaitu Merokok . . . .
0 comments:
Post a Comment