Monday, December 29, 2008
Game Tema Lingkungan
Untuk mengakhiri pembelajaran bertema Lingkungan, kelas 3 menyelenggarakan game mencari harta karun. Sebuah game besar yang bertujuan untuk mengasah tidak sekedar memahami materi, seperti denah-peta untuk pelajaran IPSnya,hitung uang untuk Matematikanya, klasifikasi makhluk hidup untuk IPAnya, Norma dan Aturan untuk PKn-nya. Seluruh anak kelas 3, A, B dan C dibagi menjadi 6 kelompok. Selain menambah ukhuwah dengan siswa kelas lain, tiap kelompok ditantang kekompakan timnya.
Setiap kelompok ditugasi untuk memilih pemimpinnya. Membuat yel-yel sebagai identitas dan penyemangat kelompok. Di awal, ustadz Siswa dan ustadz Udin menerangkan aturan mainnya. Setiap kelompok diharuskan mematuhi setiap petunjuk yang mereka temukan. Berupa tempelan kertas. Jika di sebuah pos mereka menemukan harta karun, hanya satu jenis saja yang boleh diambil tiap kelompok. Kelompok yang menang adalah yang mampu selesai menjalani misi pertam kali. Ada dua jenis pos. Pos tanpa penjaga dan pos hanya petunjuk saja. Semua ada penugasan untuk tiap kelompok. Bagi juara pertama mendapat hadiah uang tunai 100 ribu dan satu paket snack. Juara kedua mendapat uang 75 ribu dan paket snack dan ketiga, mendapat 50 ribu dan paket snack. Melailah mereka semua berangkat . . .
Coba kita lihat bagaimana mereka menemukan petunjuk. Eh, ternyata ada kelompok yang sudah mendapat harta karun mereka. Lihat betapa bahagianya mereka. Wah, tak sabar untuk memburu harta karun lainnya.
Lha, lihat betapa semangatnya mereka. Dengan berbagai cara untuk mendapatkan harta karun buruannya. Eh, ternyata ada yang gak disiplin. Tidak patuh petunjuk. Malah asyik memburu harta karun saja. Lupa bahwa misi mereka bukanlah mendapatkan harta karun sebanyak-banyaknya. Tapi, menyusuri tiap pos sehingga selesai dengan cepat mengerjakan semua misi.
Setelah finish, tiap kelompok boleh manikmati harta karunnya. Sebelum pengumuman siapa pemenangnya, ustadz Tasar mengingatkan tindakan tiap kelompok selama pelaksanaan tugas. Apakah benar banyaknya harta karun adalah kelompok yang menang . . . .
Ustadz Siswo menegaskan kembali, bahwa kelompok yang meski banyak harta sudah dipastikan mereka terlalu asyik mencari harta. Sehingga selesainya lama. Mereka tidak taat perintah untuk mengikuti petunjuk. Tapi tergiur untuk menumpuk harta. Sehingga kelompok yang selesai duluanlah yang menang. Mereka dengan sabar meniti tiap pos tanpa tergiur adanya harta karun.
Thursday, December 11, 2008
Tukar Binder

Pada awalnya, hanya satu-dua anak yang mulai. Itu saja pake cara tukeran. Satu anak melihatkan koleksi binder kepada satu anak yang lain. Begitu juga sebaliknya. Mana yang disuka. Itu yang diminta. Jumlah yang diminta harus sama banyak yang diberikan. Yap tepat kayak jual beli jaman dulu. Barter. Tuker menukar barang.

Ternyata, pabrik binder juga gak ketinggalan. Mereka makin banyak membuat berbagai macam warna loose leaf. full color lagi. Dan tren ini makin menular ke kelas lain. Ke adik kelas dan kakak kelas. Yang sudah lihai tukeran makin mengembangkan tren ini dengan menggunakan sistem uang dalam bertukar binder. Wah, jaman udah berubah nih. Berkembang, dari masa barter masuk ke masa sistem uang.

Dan jadilah tren tukeran binder menjadi jual beli binder. Setiap anak semakin kreatif untuk memburu binder yang paling unik dan cantik. Ada yang rela membayar tinggi untuk binder favorit. Meski pasaran ramai, besaran uang masih terkendali. Maksimal Rp. 1000 per lembar untuk loose leaf dengan gambar terindah.

Ada yang mau ngikut tren ini. Makin kreatif lagi kalo kamu buat bindermu sendiri. Jika perlu dilukis sendiri. Kan jadi limited edition, artinya edisi terbatas. Wah bakal mahal tu binder kamu.
Wednesday, December 10, 2008
Qurban : Lebih Dekat
Kita Dekat Sama Alloh SWT
“Inna a’thoina kal kautsar. Fasholli lirobbika wanhar. Innasyaani akahuwal abtar”. “Sungguh, Kami (Alloh) telah memberimu (Muhammad) nikmat yang banyak. Maka bersholat karena Tuhanmu dan berqurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Alloh).Sungguh, orang-orang yang membencimu dialah yang terputus (dari rahmat Alloh).
Taat itu memang indah kan. Coba bayangkan bagaimana dahulu qurban nabi Ibrahim sama nabi Ismail dan juga dilakukan nabi Muhammad itu masih saja dilakukan hingga sekarang. Semua muslim di dunia. Tanpa melihat warna kulit, rambut, bahasa, bangsa. Karena hanya ada satu, KETAATAN. Taat yang akan mendekatkan diri kita kepada Alloh.
Kakak Kelas Dekat Sama Adik Kelas
Biasanya di sekolah tu ada senior atau kakak kelas dan junior, adik kelas. Biasanya juga yang junior tu harus taat, tunduk sama senior. Makanya ada perploncoan. Adik kelas dikerjain sewaktu masuk sekolah pertama kali. Alhamdulillah, di SDIT Alam gak sampai ada seperti itu. Yang ada, senior justru harus ngemong sama juniornya. Sebaliknya junior menghormati seniornya. Eh, tapi mereka tidak sebut senior-junior ding . . . Sudah tentu, qurban akan semakin mengeratkan kedekatan antara kakak kelas dan adik kelas.
Siswa Dekat Sama Kambing
Terlalu sering siswa belajar dengan benda yang tidak nyata. Melihat gambar meski full color dengan menyentuh langsung bendanya sangatlah beda. Jauh lagi. Apalagi bagi siswa yang tinggalnya di kompleks perumahan. Di perkotaan. Untuk ketemu kambing langsung sampai nyentuh saja jarang. Qurban membuka kelas khusus. Kelas untuk mengenal perilaku, makanan, anatomi, kerangka, harga kulit, cara menguliti, mengiris daging, bau khas, kotoran KAMBING.
Siswa Dekat Sama Ustadz-Ustadzah
Saat di kelas tentu ustadz ya ngajar, sedangkan siswa diajar. Meski bisa dekat tapi masih aja ada beda peran. Lihat saja, dari seragamnya, dari ruangannya, dari alat tulisnya, dari snacknya. Beda deh. Lha, pas qurban ini, semua beda tadi tiba-tiba gak ada. Coba aja, sama-sama nguliti kambing. Sama-sama ngiris daging. Sama-sama cuci jerohan. Sama-sama bagi daging qurban. Sambil ngobrol, bergurau hingga tak sadar kalo masing-masing itu adalah siswa dan ustadz.
Ustadz-Ustadzah Dekat Sama Orang Tua Wali
Sama-sama sebagai orang tua siswa. Orang tua kalo di rumah. Pas di sekolah, orang tuanya ya ustadz. Sangat tentu ada kesulitan untuk menjadi dekat. Memang sih ada beberapa orang tua yang aktif. Sewaktu jemput siswa langsung ngobrol sama ustadz ato ustdzah. Tapi gak enak juga kan lama-lama. Atau ada yang nyempatin nelpon or SMS. Belum juga merasa dekat. Alhamdulillah, qurban membuka peluang. Orang tua dan ustadz sambil sibuk menggarap kambing, sangat nyantai untuk berkomunikasi. Ngobrol, curhat, usul bahkan pujian (alhamdulillah . . .)
SDIT Alam Dekat Sama Masyarakat
Biasanya nih kalo pas musim hari raya Idul Fitri sama Idul Adha tu berita di TV pasti sama. Menyedihkan. Banyak warga yang antri berdesak-desakan hingga saling injak untuk mendapat zakat atau daging qurban. Sungguh memprihatinkan. Supaya kejadian serupa tidak terjadi. Sekaligus silaturrahmi dijunjung tinggi. Siswa dan ustadz-ustadzah membagikan langsung ke rumah-rumah warga sekitar. Kita kan bisa lebih tahu kondisi warga yang akan dibagi daging qurban. Nggak usah heran ada daftar nama warga sewaktu dicari, rumahnya tu ternyata dua lantai. Kaya deh. Wah harus dibatalkan nih. Diganti dengan warga lain. Yang lebih membutuhkan.
Wednesday, December 3, 2008
Wahana Baru : Wall Climbing

Itu, film yang menceriterakan keluarga pendaki gunung profesional. Kalo lihat wahana baru ni jadi inget film itu. Seru lho filmnya. Sangat menyentuh. Saat sebuah adegan seorang ayah yang menyuruh untuk memotong tali penyelamatnya agar kaitan paling atas bisa menopang kedua anaknya. Film dengan lokasi di pegunungan Himalaya, tempat bergengsi yang menjadi tujuan penaklukan para pendaki dunia. Di film itu ada juga lho pendaki muslimnya. Saat mendaki di atas Himalaya dilihatkan adegan sholat yang tidak dilupakan meski kondisi yang sangat payah. Stop disini ulasan filmya.

Lha tentang wahana baru itu. Memang sengaja dibuat untuk melatih mental dan skill dalam memanjat dinding. Meski terbuat dari bahan sederhana, jalur setinggi kurang lebih 8 meter itu rencananya nanti akan dikembangkan untuk track dengan tingkat kesulitan yang lebih rumit. Wah ditanggung makin asyik deh. Makin banyak mainan di SDIT Alam Nurul Islam . . .

TKM (Tes Kendali Mutu)
Mengkritik, menggerutu saja bukanlah solusi cerdas. SDIT Alam yang resmi menjadi anggota unit pendidikan yang tercatat di Diknas tidak lantas mengamini 100%. Pun juga tidak kemudian menolak habis-habisan. Sebagai terobosannya, tes evaluasi dipake jalan tengah. Artinya, evaluasi Diknas masih diakomodasi sebagai alat banding, kemudian evaluasi model baru dilahirkan. Untuk materi yang harus dilihat unjuk kerjanya, penampilan, ya harus ada evaluasi prakteknya. Seperti Sains, Bahasa, Ketrampilan, Agama.
Untuk pembelajaran Sains misalnya. Tidak hanya fakta Sains saja yang akan menjadi hasil dari pembelajaran siswa. Seperti yang selama ini terjadi. Tapi, paradigma, sikap dan ketrampilan ilmiah juga harus menyertai. Sehingga siswa tidak semata menjadi mesin penghafal fakta-fakta sains.


Untuk evaluasi sains, SDIT Alam menyelenggarakan dalam bentuk praktek. Seperti yang dilakukan oleh beberapa kelas. Kelas satu, untuk menanamkan sikap bersih diri, mengenalkan tabiat dari mikrobia yang merugikan manusia, setiap anak diminta menunjukkan praktek mencuci tangan yang benar. Kemudian dilanjutkan dengan kemampuan identifikasi mereka terhadap benda-benda sekitar.

Untuk mengenal tentang biji-bijian, siswa kelas 2 harus mengenal benar ciri khas setiap biji. Dari bentuk, warna, kontour, hingga bau. Keharusan mengamati langsung menjadi hal yang tidak bisa dihindarkan.


Kelas Tiga, semester ini mempelajari masalah Makhluk Hidup. Termasuk didalamnya klasifikasi makhluk hidup. Serta mengenal zat aditif dan pengaruhnya bagi pertumbuhan Manusia sebagai makhluk hidup. Untuk menguji kemampuan Taksonomi siswa mereka diminta mengelompokkan hewan berdasar pengamatan gambar sesuai dengan keluarga hewan tersebut. Selanjutnya, mereka diuji kemampuan identifikasi bahan kimia dengan menggunakan indera baik penciuman, perasa dan pengecap untuk mengenal zat aditif dan pengaruhnya bagi makanan.


Kelas Enam, dengan pembelajaran yang sudah mulai kompleks. Mereka diminta menerangkan tentang sistem organ perkembangbiakan manusia. Melalui sebuah gambar. Sekaligus setelah itu mereka diminta untuk menerangkan tentang bagian-bagian bunga dengan obyek langsung.
Dengan pengamatan obyek langsung, akan teramati bagaimana Sains itu diserap oleh siswa. Sehingga tidak sebatas terbangunnya pengetahuan namun jauh mendalam menjadi sikap dan perilaku yang ilmiah. Yach, idealnya seorang anak yang sudah menjiwai sains itu akan tumbuh sikap skeptisnya. Tidak serta merta rela menerima sebuah pengetahuan tanpa diuji dahulu hingga muncul pembuktiannya. Atawa tidak heran munculnya kearifan sikap anak terhadap alam sehingga langsung cerewet manakala melihat ada orang yang boros menggunakan air. Atau membuang sampah sembarangan. Bahkan tidak tinggal diam melihat aktivitas yang sudah terbukti berbahaya (bahkan keluar langsung dari pabrik pembuatnya) tapi masih banyak orang melakukannya. Yaitu Merokok . . . .